Menjadi “rata-rata” adalah standar sebuah kegagalan

  • Jumat, Juli 17, 2020
  • By Yahya Muhaimin
  • 0 Comments


“Apa Pencapaian terbesar dalam hidup kamu,.?”
.
Sebuah pertanyaan yang saya sendiri bingung untuk menjawabnya,.. coba kalau saya lempar pertanyaan itu ke kalian, apa jawabannya,.??
cr: naviri magazine
.

Pertanyaan itu saya dapatkan dikolom Google Form lamaran kerja,. Yaapp, saya sedang(baru-barunya) berada pada fase Forefront life-stage(Konsep Citizen 4.0). fase dimana semua hal antara ekspektasi dengan realita saling bersinggungan. fase dimana dorongan besar untuk bisa hidup mandiri, bisa menghasilkan finansial sendiri. fase dimana merupakan fase pembuktian diri.
namun, rasa-rasanya apa yang saya lakukan selama ini bisa dibilang masih setengah-setengah, alias berada pada level “rata-rata”,.. menjadi “rata-rata” telah dianggap sebagai sebuah standar baru Kegagalan,.
.
Di penghujung semester 4 ini, yang artinya 4 semester(normalnya) lagi bakal lulus,.. “Apa yang ingin saya bawa setelah lulus nanti,.?” Saya rasa di era sekarang ini, nilai IPK bukan lagi menjadi standar yang terlalu dibanggakan,.
Layaknya mempersiapkan “bekal” untuk mempersiapkan kematian (fase lanjut dari kehidupan di dunia),. Mempersiapkan “bekal” untuk menghadapi “fase” setelah lulus kuliah pun perlu,. Nahh Lhoo,.. analogi yang membingungkan,.
Intinya, poin yang saya tekankan yakni untuk bisa menghadapi “fase” yang akan datang, diperlukan “bekal” yang cukup. Sebab selama kita hidup di dunia, masa-masa transisi pasti akan kita rasakan,.. (pun, nanti ketika di akhirat, fase yang akan kita lewati akan jauh lebih lama ketika kita hidup di dunia. Dan saya meyakini itu). Makin malam, omonganku makin nglantur kemana-mana nih,.. -_-
.
Sebagai orang yang termasuk “rata-rata”,. saya orang yang selalu nanggung. Seperti yang sudah pernah saya tulis di post perdana blog ini, saya gonta-ganti hobi sudah berkali-kali. Sampai pada tahap dimana,. Minat saya terlalu banyak, hingga kadang gak bisa bener-bener fokus ngembangin salah satu. Biasa lah,. Anak muda mah sok-sokan bisa semuanya,.. Hilih
.
Sempat berpikiran untuk cuti kuliah, dan fokus ngembangin minat. Salah satunya dengan terjun ke dunia kerja(professional). Entah bagaimana pendapat orangtua nantinya,. Selama saya bisa meyakinkannya dengan pendapat yang kuat sepertinya bukan menjadi hal yang masalah. Semoga saja,..
.
Berada dipersimpangan jalan, membuat kita jadi lebih bisa untuk me-refesh­ otak kita selagi menunggu lampu hijau menyala. Kita jadi lebih bisa melihat hal yang tidak bisa kita lihat selagi kendaraan kita berjalan. entah itu orang bersenjatakan gitar dengan sumbang suara yang jadi andalan, manusia silver dengan bermodalkan bungkus permen yang dibalik, atau orang dengan beragam informasi yang dibawanya berformatkan lembaran-lembaran kertas yang menjadikannya berjilid.
Yang secara tidak langsung, semua hal itu bagian dari refleksi diri akan pengalaman dan proses menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama kendaraan kita berjalan.
.
.
Terimakasih bagi yang sudah membaca sampai pada titik ini. Okeh,..
Bagi yang merasa bingung dengan poin dari tulisan saya, yaa memang seperti itulah saya.
Saya terkadang menuliskan sesuatu tidak ingin secara eksplisit dan gamblang terhadap poin apa yang ingin saya sampaikan,..
.
Yoi, Mantaapp,..

You Might Also Like

0 komentar