FOLLOW YOUR PASSION vs PASSION IS BULLSHIT : pada waktunya

  • Sabtu, Juli 11, 2020
  • By Yahya Muhaimin
  • 0 Comments


Semester Genap udah mau berakhir,. Yang artinya semester ganjil sudah menanti. Btw, untuk saat ini -sejak tulisan ini dibuat- saya menginjak semester 4 menuju 5,.. sudah 2 tahun lebih mencicipi bangku perkuliahan,.. kok rasanya cepet banget ya,.? ,… lantas,.. “apa yang sudah aku dapatkan dari 2 tahun kuliah ini,.??” Pertanyaan-pertanyaan lain pun mengikuti dibelakangnya, seperti “setelah lulus mau ngapain,.?” Dan masih banyak pertanyaan lain yang memenuhi kepala,.. -_-
.
Kalau boleh ditarik kebelakang, dulu waktu Jaman-jamannya kita sekolah, kalimat “Follow Your Passion” adalah sebuah kalimat yang melekat dalam diri. Dulu waktu jaman sekolah rasanya apa yang kita kerjakan adalah apa yang kita sukai, disamping kegiatan sekolah,.  Contoh lain dari orang-orang yang menganut paham “follow your passion” adalah kita yang dengan lantangnya mengatakan “ini adalah passion saya” terhadap hal yang mereka kerjakan,..
cr : steverosephd.com
.
waktu berjalan linear kedepan, yang artinya cara fikir, cara kerja, juga cara bertindak seseorang akan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Passion yang dulu sering digaung-gaungkan akan mengalami penurunan. Fase dimana semua hal yang dulu dianggapnya menyenangkan akan berbeda 180 derajat berbeda. Hal yang jauh lebih realistis akan dilihatnya, hingga memunculkan kalimat perbandingan “Passion is Bullshit”,.. alasannya tentu banyak, dan memang realistis. Hal ini sering ditemukan dilingkungan kerja, contohnya ketika interview kerja antara HRD-Pelamar. Saat pelamar membicarakan mengenai Passion, hal ini akan terlihat seolah pelamar seperti Mahasiswa baru yang ingin Cumlaude, IPK 3,5, lulus 3,5 tahun, aktif ini itu, dan lain sebagainya. -Ada sedikit Humor Satir(Dark Jokes)-. Yang akhirnya mereka lebih memilih hidup mengikuti alur yang ada,. Lahir-sekolah-kuliah-kerja-menikah-dst. Untuk apa terlalu repot meluangkan waktu dan tenaga hanya untuk passion,..?? 
 cr : behance
.
Diwaktu sekarang ini, kita yang masih menikmati Bangku Pendidikan -yang artinya belum bisa meletakan diri kedunia kerja(professional)-. Tuntaskan saja, sampai pada waktunya akan bosan sendiri dan merasa cukup. Dari yang dulunya antusias untuk mempelajari apapun, pada akhirnya menjadi pribadi yang tertutup karena merasa sudah memiliki satu hal yang dikuasai. Keberanian dalam diri akan pengambilan keputusan, yang masih terkurung hanya sebatas opini-opini pribadi. Akan ada masanya semua hal tersebut dirasa tuntas dan tak menyesal nantinya. Tuntaskan saja,.. masa dimana bisa menjadi leader dan master untuk diri sendiri.
.
Bekerja sesuai latar belakang Pendidikan atau bekerja sesuai Passion
Hidup kita selalu dihadapkan dengan pilihan-pilhan yang dirasa dilematis, sekali lagi “Bekerja sesuai latar belakang Pendidikan atau Bekerja sesuai Passion“. 
1.      Passion milik Lessiur time, demi menjaga akal tetap waras
Passion datang dari hobi yang didapat dari waktu luang, yang akan tumbuh dari pengembangan diri,. Passion- something grows from your own choice. Kalau dari pengalaman saya, mendapat recehan dari sebuah hobi adalah hal yang cukup worth it untuk saat ini,.. bagaimana nanti kalau bener-bener di seriusin,.. ??
"Kembangkanlah passionmu untuk terus belajar, maka kamu tak akan pernah berhenti bertumbuh (Anthony J. D'Angelo)"
istilah “Pekerjaan yang menyenangan adalah hobi yang di bayar” disatu sisi memang benar, ada hal yang lebih menyenangkan dari bekerja dengan kesenangan sendiri. Namun disisi lain, kita tidak bisa menjadi pure idealism,.
2.      Realistis dan adaptif mengikuti perkembangan.
Bagi yang menganut paham “Follow your Passion”, harus siap-siap berkorban waktu, tenaga, dan pikiran, tak peduli seberapa banyak itu. Namun, bayangkan jika hasil jerih payah yang kita keluarkan dihargai/upah yang tak sebanding. Hidup bukan perkara untuk kesenangan diri sendiri, ada hal-hal lain yang bisa kita lakukan selain itu semua. Kalau diibaratkan, Passion hanyalah alat untuk meniti karir, bukan tujuan utama.
3.      Mencintai pekerjaan, sama halnya dengan melakukan apa yang dicintai.
Seperti yang sudah saya utarakan diatas, bahwa ada masa dimana semua hal dirasa akan tuntas. Jadi, jika kita tidak bisa melakukan apa yang dicintai, mengapa tak mencintai apa yang kita lakukan,.. Di era teknologi saat ini semuanya berubah begitu cepat dan bahkan kecepatannya pun dapat ikut mengubah ambisi kita. Dunia ini begitu luas dan sekarang adalah fase dimana semuanya cepat berubah, maka haruskah kita selalu melakukan apa yang kita cintai saat tak ada kesempatan untuk melakukannya atau kita perlu menyesuaikan diri dan mencintai apa yang kita kerjakan saat ini,..?
.

Saya rasa, sekarang sudah tak ada lagi penjelasan yang lebih jelas sebab kita sudah menemukan sebuah jawaban, bahwa tak penting lagi memperdebatkan apakah yang kita kerjakan adalah hal yang kita cintai atau bukan, yang terpenting adalah menjadi manusia yang terus bertumbuh dan berkembang dalam segi fisik maupun mental. Banyak jalan, yang artinya banyak perbedaan — dari pada disamakan, lebih baik disatukan. Kan pada akhirnya, nanti akan banyak cerita terkumpul dan bervariasi, daripada sama. Intinya, masing-masing memiliki fase dan linimasa masing-masing, mengapa harus mengkhawatirkan apa yang ada di luar jangkauan,..?
.
“passionate your life to the fullest! It’ll make anything easier.”


You Might Also Like

0 komentar